Juru bicara Jusuf Kalla (JK), Husain Abdullah, angkat bicara terkait tulisan pengamat sosial politik Rudi S. Kamri yang berjudul ‘Sang Bandar Chaplin Pun Akhirnya Keluar Sarangnya Karena Kepanasan’.
Tulisan itu dianggap mengasosiasikan sosok Chaplin sebagai Jusuf Kalla karena memiliki kesamaan dengan sosok kumisnya. Uceng, sapaan Husein Abdullah menilai tulisan itu justru menghadirkan kegaduhan dan cenderung bersifat menyesatkan.
“Tulisan seperti itu bukan saja menciptakan kegaduhan dan penyesatan. Tetapi merusak hubungan sosial, budaya saling menghargai (sebagai mana budaya Bugis-Makassar; Sipakatau) yang mengakar di Indonesia. Karena dengan entengnya menuduh sekalipun dengan penyamaran-penyamaran, yang bisa merusak hubungan silaturahmi orang atau kelompok yang diasosiasikan dengan pihak lain yang selama ini hubungannya terpelihara dengan baik,” ujar Uceng saat dihubungi, Minggu (22/11).
Di dalam tulisan Rudi itu, sosok Chaplin disangkut-pautkan dengan kepulangan Imam besar FPI Habib Rizieq Syihab. Menanggapi hal itu, Uceng menampiknya. Menurut Uceng, Rudi mengarang fakta yang sebenarnya tidak pernah terjadi.
Uceng menyebut pernyataan Rudi tersebut murni hanya didasarkan pada cuitan mantan politikus Demokrat, Ferdinand Hutahean lewat akun Twiternya. Padahal di lain sisi, Uceng menyebut Ferdinand pun belum dapat membuktikan kesahihan dugaannya itu.
“Saya ingin menegaskan, Wakil Presiden RI ke-10 dan ke- 12 M Jusuf Kalla, tidak punya sangkut paut dengan kepulangan Habib Rizieq Syihab. Pak JK tidak pernah mengkomunikasikan ataupun mendanai kepulangan HRS. Sebagaimana opini yang sedang dibangun para buzzer sejak kepulangan HRS,” kata Uceng.
Dalam tulisannya, Rudi memang menyebutkan secara gamblang bagaimana peran si ‘Chaplin’ dalam kepulangan Habib Rizieq.
Tak hanya disebut mensponsori kepulangan sang habib ke tanah air, Rudi menyebut si ‘Chaplin’ turut memanfaatkan kaki tangannya baik di institusi keamanan hingga pejabat negara untuk mendukung serta memuluskan kepulangan Habib Rizieq.
“Sudah menjadi rahasia umum Sang Chaplin ini mempunyai kaki tangan di segala lini. Mulai di institusi aparat keamanan negara, beberapa pejabat negara dan beberapa di partai politik. Meskipun orang-orangnya sudah tidak lagi memegang kendali di posisi sentral resmi di organisasi, tapi saya meyakini masih cukup kuat membangun jaringan. Alat Chaplin di pemerintahan sudah terbaca luas, salah satunya adalah Gubernur Ibukota yang menjadi pion kesayangannya,” beber Rudi.
“Sedangkan di partai sudah bisa ditebak dengan terang benderang saat mengapa tiba-tiba Fraksi milik Pak Brewok di DPRD DKI Jakarta membela membabi-buta Gubernur DKI Jakarta. Kemudian salah seorang kaki-tangan Chaplin yang menjadi pimpinan Partai Kuning juga membangun narasi si Kuning siap menjadi kendaraan politik bagi MRS,” lanjut dia.