Cerita Jenggala Center: Mufidah Ibu Posko
POSKO Relawan Jenggala juga tidak bisa terlepas dari sosok Ibu Mufidah Jusuf Kalla. Tahun 2014 saat Pilpres digelar, artinya beliau mantan istri Wapres sekaligus istri calon Wapres. Meski begitu, Ibu Mufidah tetap dengan ciri khasnya yang bersahaja, empati, dan sederhana.
Di Tim Jenggala, Ibu Mufidah tidak ada dalam struktur organisasi. Meski begitu, ia tidak segan-segan mengulurkan bantuan. Seperti dikisahkan salah satu aktivis Jenggala, Egy Massadiah, yang mengaku tidak ada kesulitan mengakses Ibu Mufidah.
“Setiap ada kegiatan di Posko, terkadang kami mengganggu Ibu…. ‘Bu… ini ada kegiatan di Posko….’, dan entah bagaimana caranya, tidak lama kemudian pasti akan datang makanan. Entah itu bakso, nasi kotak, kue-kue, atau apalah,” tutur Egy mengenang.
Kejadian “menodong” Ibu Mufidah untuk membantu konsumsi, menurut Egy, bukan sekali-dua. “Yaaa, misalnya mau ada acara, tetapi anggaran terbatas, hal pertama yang kami pangkas adalah anggaran konsumsi. Caranya, menghubungi Ibu Mufidah minta bantuan.
Mungkin Anda tidak percaya, bahwa untuk menghubungi beliau, terkadang tidak harus melalui telepon sekretaris atau pembantu atau orang lain, melainkan cukup lewat sms atau BBM, dan beliau langsung respons. Benar-benar ibu luar biasa,” tambahnya.
Satu pertanyaan, “Bagaimana seandainya kondisi darurat makanan terjadi tengah malam?” Tidak masalah. Pernah suatu ketika, karena benar-benar kepepet dan tidak ada solusi, maka tim Jenggala terpaksa “mengganggu” Ibu Mufidah.
Gangguan klise, yakni permintaan tolong soal suplai makanan. “Kami mengirim BBM… masya Allah… alih-alih merasa terganggu atau marah, beliau langsung mengiyakan. Meski untuk eksekusinya, beliau meminta bantuan Umbarwaty dan bibi di rumah Brawijaya untuk segera menyiapkan makanan,” kata Egy pula.
Begitu concern dan perhatiannya, Ibu Mufidah tidak akan membiarkan Umbar, Bibi atau orang lain mengurus pengiriman makanan begitu saja tanpa kontrol. Jika beliau kebetulan datang ke Posko Jenggala, tidak akan lupa menanyakan ihwal makanan yang dikirim sebelumnya.
“Kalau mengirim bakso, beliau akan tanya, ‘bagaimana baksonya kemarin. Enak nggak, cukup nggak?’. Jadi beliau benar-benar memantau,” tambahnya.
Sebagai orang yang cukup lama mengenal Jusuf Kalla, dan dengan sendirinya mengenal baik Ibu Mufidah, Egy mengatakan dalam hal urusan cita-rasa atau taste makanan, Ibu Mufidah jagonya. Meski di rumah ada bibi, tetapi Jusuf Kalla bisa dengan mudah membedakan tangan siapa yang membuat sambal. “Pak Kalla bisa membedakan, mana sambal buatan bibi dan sambal buatan istrinya,” tutur Egy.
Sikap tanggap, empati, ringan-tangan memberi bantuan yang ditunjukkan Ibu Mufidah, benar-benar melekat kuat di hati semua punggawa Jenggala. Jika mengenang kebaikan Ibu Mufidah, bukan saja muncul rasa kagum sekaligus haru, tetapi tumbuh rasa kekeluargaan yang kental. Tidak heran, jika sikap bersahajanya mendatangkan loyalitas orang-orang yang mengenal beliau.
Bahkan Egy menuturkan, sikap Ibu Mufidah sama sekali tidak berubah hingga hari ini. Ketika Jusuf Kalla akhirnya memenangkan Pilpres dan menjadi Wapres bagi Presiden Joko Widodo, beliau masih membalas sapaan dari tim Jenggala. Sesekali bahkan Ibu Mufidah yang menyapa duluan. “Jadi dalam konteks Jenggala, sekalipun beliau tidak ada dalam struktur, tapi kami menganggap beliaulah Ibu Posko,” pungkas Egy. (*)
*Simak kisah kisah lainnya yang tercecer dibalik pilpres 2014 Jokowi JK dalam BUKU “JENGGALA KITA”